KAJIAN SSOSIOLINGUISTIK DALAM Style (RAGAM BAHASA) DIALOG FILM INDONESIA (STUDI KASUS: NASKAH FILM INDONESIA TAHUN 2005 – 2008)

Adiprana Yogatama(1*), Yunita Nugraheni(2)


(1) 
(2) 
(*) Corresponding Author

Abstract


Latar belakang: Kebangkitan dunia perfilman Indonesia telah dimulai pada tahun 2000 diawali dengan pemutaran film Petualangan Sherina di beberapa bioskop di Indonesia. Suksesnya penayangan film tersebut membangkitkan semangat sineas-sineas muda untuk memproduksi film dalam negeri. Hal ini ditunjukkan pada tahun-tahun selanjutnya dengan marak bermunculan film-film lokal dengan bermacam-macam genre. Tema yang paling sering muncul, seperti yang telah kita ketahui, adalah tema percintaan remaja dan horor. Bak jamur di musim penghujan, kedua tema tersebut tak pelak mendominasi dunia perfilman Indonesia 8 tahun terakhir. Inilah mengapa banyak para kritikus perfilman menyebut Indonesia sebagai negara jamur. Ketika satu tema film meledak di pasaran, dalam hitungan bulan muncul pula film-film ber-genre serupa. Namun, bagaimanakah kualitas film-film tersebut dibandingkan kuantitasnya? Layakkah pula film-film tersebut dikonsumsi oleh masyarakat? Pantaskah jika beberapa film tersebut menerima penghargaan? Metode: Penelitian ini akan menerapkan metode deskriptif-kualitatif. Disebut deskriptif karena merupakan metode penelitian yang mendeskripsikan sebuah situasi atau area permasalahan secara sistematis, faktual dan akurat (Isaac dan Michael, 1971:42). Penelitian ini juga disebut kualitatif dikarenakan tidak bergantung pada statistik data dan jumlah data yang ada dimunculkan untuk mendeskripsikan fenomena yang diteliti. Hasil: Dari sepuluh film diambil 4 sampel yaitu “Gie”, “Ekskul”, “Nagabonar Jadi 2”, dan “Fiksi”. Keempatnya merupakan peraih penghargaan Film Terbaik FFI di tahunnya masing-masing. Dari keempat film tersebut penulis menilai film Gie sebagai film yang terbaik yang baik dan layak ditonton oleh semua umur. Khusus untuk anak-anak mungkin tetap masih diperlukan bimbingan orang tua. Terutama dalam menjelaskan cerita yang berkaitan dengan sejarah bangsa Indonesia. Alasan film ”Gie” dianggap penulis paling baik dan layak ditonton adalah berdasarkan analisis yang penulis paparkan. Yaitu bahwa film ini memiliki style bahasa yang paling lengkap dibanding film-film yang lain. Selain itu fungsi bahasa serta domain yang terdapat dalam film ini juga lebih banyak. Simpulan: Penulis berpendapat bahwa semakin banyak dan lengkap domain dan fungsi bahasa terdapat dalam sebuah film maka film tersebut akan mampu merangkul semua kalangan. Penulis menemukan bahwa film-film yang meraih penghargaan Piala Citra FFI tidak selalu laku di pasaran, begitu pula sebaliknya. Karena penghargaan seputar film itu sendiri masih selalu diliputi dengan kontroversi.


Full Text:

PDF

Article Metrics

Abstract view : 854 times
PDF - 792 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


UNIMUS | Universitas Muhammadiyah Semarang
Jl. Kedungmundu Raya No. 18 Semarang

email:[email protected]  http://unimus.ac.id