Hubungan Luas Ventilasi dan Pencahayaan Alami Rumah terhadap Tingkat Kepositifan Sputum BTA pada Penderita TB Paru di Puskesmas Tlogosadang

M. Thoriq Satria Dinata(1*), Muhammad Subkhan(2), Musa Ghufron(3)


(1) Universitas Muhammadiyah Surabaya, Surabaya, East Java, Indonesia
(2) FK UMSurabaya, Surabaya, East Java, Indonesia
(3) FK UMSurabaya, Surabaya, East Java, Indonesia
(*) Corresponding Author

Abstract


The Relationship between Ventilation Area and Natural Lighting of the House on AFB Sputum Positive Rate in Patients with Pulmonary TB at Tlogosadang Health Center

 

Background: Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis. Indonesia is ranked third in the world, contributing 8% of TB cases. The phenomenon that occurs in the working area of the Tlogosadang Health Center is an increase of positive smear TB cases. This is thought to be due to the physical condition of the patient's house with pulmonary tuberculosis, especially the area of ventilation and natural lighting which is not standardized.

Objective: To analyze the correlation between the area of ventilation and natural lighting of the house to the level of ARB sputum positivity in patients with pulmonary tuberculosis at Tlogosadang Health Center.

Methods: This study used a retrospective cohort design. Research respondents were taken by simple random sampling method on 38 patients with smear-positive pulmonary TB in 2016-2018. Observation of ventilation area (minimum 10% of floor area), while natural lighting (minimum 60 lux). Observation of medical records on the level of ARB positivity (Scanty, +1, +2, and +3) was carried out at the Tlogosadang Health Center Laboratory, then recorded in the observation checklist.

Results: The re were 3 respondents with scanty ARB, 20 respondents (+1), 14 respondents (+2), and 1 respondent (+3). More than 65% of the house's natural lighting and ventilation area is not standardized. The results of the analysis of the contingency coefficient test showed the correlation between the area of ventilation (p = 0.60) and natural lighting (p = 0.24) on the level of ARB sputum positivity.

Conclusion: There is no correlation between the area of ventilation and natural lighting of the house on the level of ARB sputum positivity in patients with pulmonary tuberculosis at Tlogosadang Health Center.

 

Latar Belakang: Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Indonesia di peringkat ketiga di dunia menyumbang 8% untuk kasus TB. Fenomena yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Tlogosadang yaitu adanya peningkatan kasus TB BTA positif. Hal ini diduga disebabkan oleh faktor kondisi fisik rumah pasien TB paru khususnya luas ventilasi dan pencahayaan alaminya yang tidak terstandar.

Tujuan: Menganalisis hubungan luas ventilasi dan pencahayaan alami rumah terhadap tingkat kepositifan sputum BTA pada penderita TB paru di Puskesmas Tlogosadang.

Metode: Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif. Responden penelitian diambil dengan metode simple random sampling pada 38 penderita TB paru BTA positif pada tahun 2016 - 2018. Pengamatan luas ventilasi (minimal 10% dari luas lantai), sedangkan pencahayaan alami (minimal 60 lux). Pengamatan rekam medis tingkat kepositifan BTA (Scanty, +1, +2, dan +3) dilakukan di Laboratorium Puskesmas Tlogosadang, kemudian dicatat dalam check list observasi.

Hasil: Didapatkan 3 responden dengan BTA scanty, 20 responden (+1), 14 responden (+2), dan 1 responden (+3). Lebih dari 65 % luas ventilasi dan pencahayaan alami rumah tidak terstandar. Hasil analisis uji koefisien kontingensi menunjukkan hubungan luas ventilasi (p = 0,60) dan pencahayaan alami (p = 0,24) terhadap tingkat kepositifan sputum BTA.

Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan luas ventilasi dan pencahayaan alami rumah terhadap tingkat kepositifan sputum BTA pada penderita TB paru di Puskesmas Tlogosadang.


Keywords


luas ventilasi, pencahayaan alami, kepositifan BTA, tuberkulosis paru.

Full Text:

PDF

References


Kemenkes RI. InfoDatin Tuberkulosis 2018 [Internet]. Jakarta; 2018. Tersedia pada: https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-tuberkulosis-2018.pdf

World Health Organization. Global Tuberculosis Report 2018. 2018. 265 hal.

Kemenkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 829 Tahun 1999. 829 Indonesia; 1999.

Nwokeukwu HI, Awujo DN, Emma-Ukeagbu U. Association of Sputum Conversion and Outcome with Initial Smear Grading Among New Smear Positive Tuberculosis Patients in a Tertiary Health Facility, South East Zone, Nigeria. IOSR Journal of Dental and Medical Sciences. 2013;4(6):21–5.

Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2016. 67 Jakarta, Indonesia; 2016 hal. 1–163.

Izzati S, Basyar M, Nazar J. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Tahun 2013. Jurnal Kesehatan Andalas. 2015;4(1):262–8.

Kenedyanti E, Sulistyorini L. Analisis Mycobacterium tuberculosis dan Kondisi Fisik Rumah dengan Kejadian Tuberkulosis Paru. Jurnal Berkala Epidemiologi. 2017;5(2):152–62.

Lestari Muslimah DD. Keadaan Lingkungan Fisik dan Dampaknya pada Keberadaan Mycobacterium tuberculosis: Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Perak Timur Surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2019;11(1):26.

Novita SE. Analisis Hubungan Karakteristik Individu dan Kondisi Rumah dengan Tuberkulosis Paru BTA Positif di Puskesmas Kunti Kabupaten Ponorogo. Surabaya; 2016.

Syafri AK. Hubungan Kondisi Fisik Rumah dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali [Internet]. Surakarta; 2015. Tersedia pada: http://eprints.ums.ac.id/33053/17/NASKAH PUBLIKASI.pdf

Suwondo H. Hubungan Antara Riwayat Kontak, Kelembaban, Pencahayaan, dan Kepadatan Hunian Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru pada Anak Di Kabupaten Sukoharjo. Surakarta; 2014.

Widyawatiningtyas N. Hubungan Sanitasi Rumah dan Karakteristik Responden Penderita dan Non-Penderita Tuberkulosis Paru terhadap Keberadaan Mycobacterium tuberculosis di Udara dalam Rumah (Studi dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Bulak Banteng). Surabaya; 2016.

Ayomi AC, Setiani O, Joko T. Faktor Risiko Lingkungan Fisik Rumah dan Karakteristik Wilayah Sebagai Determinan Kejadian Penyakit Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Sentani Kabupaten Jayapura Provinsi Papua. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia. 2012;11(1):1–8.

Mudiyono, Wahyuningsih NE, Adi MS. Hubungan Antara Perilaku Ibu dan Lingkungan Fisik Rumah dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Anak di Kota Pekalongan. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia. 2016;14(2):45.

Kusuma Anggraeni S, Raharjo M. Hubungan Kualitas Lingkungan Fisik Rumah dan Perilaku Kesehatan dengan Kejadian Tb Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Gondanglegi Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2015;3(1):2356–3346.


Article Metrics

Abstract view : 861 times
PDF - 265 times

DOI: https://doi.org/10.26714/magnamed.7.1.2020.23-31

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

Indexed by

 

      

 

Creative Commons License

MAGNA MEDIKA by APKKM is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.