METODE DIRECT UNTUK MENGETAHUI NET PLANT HEAT RATE UNIT #2 PLTU REMBANG PADA SAAT OVERHAUL UNIT #1
(1) Universitas Islam Sultan Agung
(*) Corresponding Author
Abstract
Ketersedian energi listrik di sistem Jawa–Bali di dukung oleh beberapa pusat pembangkit listrik melalui jalur tansmisi voltase tinggi 150 kV dan voltase ektra tinggi 500 kV untuk berlangsungnya ketersediaan energi listrik secara andal dan terus–menerus. PLTU Rembang memiliki 2 unit yaitu unit #1 (#20) dan unit #2 (#10) yang memasok sistem transmisi 150 kV. Performa unit sangat menentukan dalam pemenuhan tersebut. Pusat Pengatur Beban (P2B) akan memilih pembebanan PLTU berdasarkan merit order. Merit order adalah tingkat prioritas suatu pembangkit termal untuk di dispatch dalam suatu sistem. Hal ini disebabkan oleh net plant heat rate (NPHR) dan harga bahan bakar. Akibat yang terjadi pada pembangkit dengan peringkat merit order rendah akan diprioritaskan turun beban terlebih dahulu atau naik beban paling akhir. NPHR merupakan salah satu indeks kinerja pembangkit termal. Semakin rendah NPHR maka semakin tinggi efisiensi pembangkit tersebut. Permasalahan yang terjadi dalam penentuan NPHR PLTU Rembang saat 2 unit beroperasi adalah kurang akurat karena beban listrik pemakaian sendiri masing-masing unit tidak berasal seluruhnya dari gross output generatornya, melainkan juga dibebankan oleh unit yang satunya. Terutama untuk pemakaian unit common seperti water treatment plant (WTP), desalination plant serta coal & ash handling plant karena di suplai oleh salah satu unit. Solusinya dengan mencari nilai NPHR ketika salah satu unit shutdown, agar dapat diketahui nilai NPHR yang lebih akurat.
Penelitian ini membahas tentang penggunaan metode direct untuk mencari NPHR pada unit #2 PLTU Rembang ketika unit #1 sedang overhaul. Metode direct adalah metode input-output yang hanya memerlukan bahan bakar sebagai input dan daya listrik sebagai output. Batubara yang digunakan adalah jenis low rank coal (LRC) senilai 4200–4500 kcal dan medium rank coal (MRC) senilai 4500–4800 kcal. Gross output generator memiliki rated power 300 MW sedang daya untuk pemakaian sendiri memiliki rated power 50 MVA. Nilai NPHR ditentukan dengan menghitung perkalian konsumsi dan nilai kalori batubara dibagi terhadap nett output generator. Nett ouput generator ditentukan dengan mengurangi gross output generator terhadap daya pemakain sendiri Trafo Universal Auxiliary Transformer.
Hasil menunjukan bahwa NPHR memiliki nilai paling rendah jika unit berbeban maksimum 300 MW gross. Dari hasil perhitungan didapati bahwa pada beban rata-rata 299,5 MW hingga 302,4 MW gross, NPHR rata-rata pada unit #2 ketika overhaul lebih rendah dibanding dengan data PLN Puslitbang Januari 2017 yaitu masing–masing 2.544,34 kcal/kWh dan 2.788 kcal/kWh. Demikian pula NPHR unit #2 sebelum dan sesudah overhaul unit #1 masing–masing 2.497 kcal/kWh dan 2.688 kcal/kWh . Sedang faktor-faktor yang menentukan nilai NPHR antara lain pembebanan listrik, nilai kalor bahan bakar serta pemakaian listrik untuk keperluan sendiri.Keywords
Full Text:
PDFArticle Metrics
Abstract view : 451 timesPDF - 56 times
DOI: https://doi.org/10.26714/me.v14i2.6981
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2021 MEDIA ELEKTRIKA
Editorial Office of Media Elektrika
Universitas Muhammadiyah Semarang FT-FMIPA Building, 7nd Floor. Phone: 085299398663 |
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.