Plagiarism Checker X Originality Report

Plagiarism Quantity: 9% Duplicate

Date Minggu, September 29, 2019
Words 404 Plagiarized Words / Total 4563 Words
Sources More than 33 Sources Identified.
Remarks Low Plagiarism Detected - Your Document needs Optional Improvement.

TEMPLATE MANUSKRIP MEDIA KEPERAWATAN INDONESIA Jenis Manuskrip (berikan tanda v pada kolom yang disediakan) v Hasil Penelitian   Systematic Review   Studi Kasus   Judul Bahasa Indonesia: Pengetahuan Tentang Guideline Vap Bundle Meningkatkan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Pencegahan Ventilator Associated Pneumonia (Vap) Di Ruang ICU   Bahasa Inggris: Knowledge of Guideline Vap Bundle Improves Nurse Compliance Levels in Preventing Associated Pneumonia (Vap) Ventilation in the ICU Room   Penulis: Urutan Penulis Nama Email Institusi  Penulis 1 Siti Saodah* [email protected] RSUD KRT Wongsonegoro Semarang  Penulis 2     Penulis 3     Dst     berikan tanda (*) pada coresponding author Abstrak (ditulis dalam satu paragraf, terdiri dari 150-200 kata, meliputi latar belakang, tujuan, metodologi, hasil, pembahasan, simpulan) Bahasa Indonesia: Latar belakang : Penggunaan ventilator mekanik beresiko menimbulkan komplikasi yaitu Ventilator Associated Pnemonia (VAP).

Ventilator Associated Pnemonia (VAP) merupakan infeksi nosokomial yang terjadi pada pasien dengan pemakaian ventilator labih dari 48 jam. Pencegahan VAP dapat dilakukan dengan VAP bundle. Tujuan penelitian : Menganalisa hubungan pengetahuan tentang Guideline VAP bundle terhadap tingkat kepatuhan perawat dalam pencegahan VAP. Metode penelitian: Jenis penelitian dengan cross sectional yang menggambarkan pengetahuan mengenai VAP bundle perawatat ICU.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret � April 2019 di ruang ICU RS X kota Semarang dengan jumlah sample sebanyak 25 responden perawat ICU. Hasil dan kesimpulan : Hasil menunjukkan terdapat hubungan tingkat pengetahuan terhadap tingkat kepatuhan perawat dalam pelaksanaan VAP bundle di ruang ICU RS X kota Semarang, semakin baik tingkat pengetahuan maka semakin baik tingkat kepatuhan dengan p value 0.022 dan nilai r 0.456 yang memiliki makna terdapat hubungan yang cukup kuat antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kepatuhan penerapan VAP.

Saran: Diharapkan perawat dapat mengetahui dan mematuhi VAP bundle sehingga tidak terjadi VAP terhadap pasien yang terpasang ventilator mekanik.   Bahasa Inggris: Background: The use of mechanical ventilators is at risk of causing complications, Ventilator Associated Pnemonia (VAP). The Associated Pnemonia (VAP) Ventilator is a nosocomial infection that occurs in patients with Ventilator consumption from 48 hours. VAP prevention can be done with VAP bundle.

Research objectives: Analyze the guidelines VAP bundle's knowledge relationship with the level of nurse compliance in VAP prevention. Research method: This type of research with cross sectional which describes the knowledge of VAP bundle of ICU-treatment. This study was conducted in March-April 2019 in the ICU Room of RS X in Semarang with a number of samples as many as 25 ICU nurses. Results and conclusions: results indicate that there is a relationship of knowledge level to the level of nurse compliance in the implementation of VAP bundle in the ICU room of RS X in Semarang, the better the knowledge level, the better the level of compliance with P value 0.022 and r 0.456 which has the meaning there is a fairly strong relationship between levels of knowledge with the level of compliance of VAP bundle implementation.

Suggestion: The nurses are expected to know and adhere to the VAP bundle so that the VAP does not occur against the mechanical ventilator attached patients.   Kata Kunci (ditulis 3 � 5 kata) Bahasa Indonesia: Pengetahuan, Kepatuhan, Perawat, VAP bundle   Bahasa Inggris: Knowledge, compliance, nurses, VAP bundle   Hasil Penelitian Pendahuluan (10% dari total tulisan) = Mengutip minimal 4 artikel ilmiah (nasional / internasional) yang memiliki DOI (Digital Object Identifier) Ventilator merupakan alat bantu pernafasan bertekanan negatif atau positif yang menghasilkan udara terkontrol pada jalan nafas sehingga pasien mampu mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka waktu lama.

Tujuan pemasangan ventilator adalah mempertahankan ventilasi alveolar secara optimal untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi pasien, membantu otot bantu pernapasan, dan mengeliminasi atau mempertahankan karbondioksida (Purnawan, 2010). Ventilasi mekanik (ventilator) memiliki peranan penting bagi dunia keperawatan kritis, dimana perannya sebagai pengganti bagi fungsi ventilasi bagi pasien dengan gangguan fungsi respiratorik, dalam penggunaaan ventilasi mekanik bisa menggunakan invasif dan non invasif (Sundana, 2014).

Ventilasi mekanik secara invasif yaitu cara mengalirkan oksigenasi menggunakan pipa endo tracheal tube (ETT) yang pemasangannya melalui intubasi, pemasangan pada pipa ETT akan menekan sistem saluran pernapasan, menyebabkan trauma dan inflamasi lokal, sehingga meningkatkan kemungkinan aspirasi pathogen nosocomial dari oropharing disekitar cuff (Setiadi & Soemantri, 2009). Penggunaan ventilator non invasif di ruang ICU jarang digunakan karena tidak adekuatnya oksigen yang masuk kedalam paru-paru, kecenderungan oksigen masuk kedalam abdomen, maka dari itu pemakaian ventilator non invasif jarang sekali digunakan, dan dalam penggunaan ventilator secara invasif memiliki beberapa komplikasi seperti Ventilator associated pneumonia (VAP) (Sherina, 2010).

Ventilator associated pneumonia (VAP) merupakan infeksi nosokomial yang terjadi pada pasien dengan pemakaian ventilator lebih dari 48 jam. Prevalensi VAP sebelumnya dan studi kohort prospektif telah menunjukan bahwa VAP dikaitkan dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi berkepanjangan di ICU serta yang tinggal dirumah sakit, didunia angka kejadian VAP pada tahun 2012 22,8 % yang mendapatkan ventilasi mekanik (Kyngas, 2013). Angka kejadian VAP dilaporkan terjadi 9-27 % dari semua pasien yang terintubasi (Mohamed, 2014).

Tingkat keseluruhan insiden VAP adalah 13,6 per 1000 ventilator sesuai dengan International Nosocomial Infection Control Consortium (INICC) dan angka kejadian tersebut perlu dilakukan intervensi keperawatan dan medis (INICC, 2009). Angka kejadian VAP di Indonesia belum terdapat data pasti karena belum pernah dilakukan penelitian, namun disalah satu RS di Indonesia dalam penelitian yang berjudul �Insidensi infeksi nosocomial dari ventilator associated pneumonia (VAP) di ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD DR.

Zainoel Abidin Banda Aceh periode Juni-November 2012� 20 orang dari 69 responden (28.9 %) didiagnosa VAP (Razi, 2013). Angka kejadian VAP RS X Kota Semarang belum terdapat data pasti karena belum pernah dilakukan penelitian lanjutan. Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi VAP adalah dengan VAP bundle. VAP bundle digambarkan sebagai sekelompok intervensi untuk membantu mencegah VAP (Futaci, 2013).

Pentingnya VAP bundle dalam pencegahan infeksi nosokomial adalah dapat mengurangi biaya 10 kali lipat dan meningkatkan keselamatan pasien dan kualitas pelayanan. Intervensi keperawatan kritis dilakukan secara rutin telah terbukti mengurangi angka kejadian VAP (IHI, 2009). VAP bundle untuk membantu mengurangi atau menghilangkan VAP meliputi elevasi kepala tempat tidur (HOB) 30-45�, sedasi minimal, deep vein thrombosis (DVT) prophylaxis, ulkus peptikum prophylaxis, menjaga cuff tetap mengembang, perawatan mulut (Oral care).

VAP bundle merupakan intervensi harian keperawatan untuk mencegah terjadinya VAP yang harus didukung dengan pengetahuan perawat (SARI, 2011). Fenomena di lapangan masih ditemukan perawat yang mengabaikan atau tidak konsisten bahkan tidak mengetahui tentang penerapan VAP bundle yang beresiko terjadinya infeksi nosokomial VAP. VAP merupakan infeksi yang dapat meningkatkan biaya perawatan, angka kesembuhan yang lama peningkatan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi.

Pencegahan VAP bundle perlu dilakukan yang harus didukung dengan pengetahuan perawat di ruang ICU. Penelitian berjudul ventilator associated pneumonia dan pencegahanya mengatakan bahwa VAP bundle yang tepat dapat mencegah kejadian VAP (Rahmiati, 2013). Riset lain juga menunjukkan penerapan VAP bundle berpengaruh dalam pencegahan VAP dalam penelitian yang berjudul �Intervensi vap bundle dalam pencegahan ventilator associated pneumonia (VAP) pada pasien dengan ventilasi mekanik (Susmiati, 2015).

Penelitian ini diperlukan untuk mengetahui mengetahui pentingnya pengetahuan perawat dalam meningkatkan tingkat kepatuhan perawat dalam pencegahan VAP diruang ICU RS X Kota Semarang.   Metodologi (15% dari total tulisan) = tuliskan desain penelitian, populasi & sampel, tempat penelitian, instrumen, pengumpulan data, analisis data, dan etika penelitian, jelaskan dengan gambar jika perlu.

Rancangan penelitian ini menggunakan cross sectional atau potong silang yaitu variabel sebab atau risiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang bersamaan).. Variabel yang diteliti pengetahuan tentang guideline VAP bundle dan kepatuhan perawat dalam pencegahan VAP. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat RS X Kota Semarang sejumlah 27 orang.

Sampel penelitian ini adalah seluruh perawat ruang ICU RS X Kota Semarang pada bulan Februari - Maret 2019 sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. Kriteria inklusi penelitian ini adalah: perawat pelaksana ruang ICU RS X Kota Semarang yang bersedia menjadi responden, pendidikan minimal D III Keperawatansia > 24 tahun (dewasa muda), lama kerja > 1 tahun dan telah mengikuti pelatihan keperawatan kritis / inhouse training. bundle. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret � April 2019 di ruang ICU RS X kota Semarang dengan jumlah sampel sebanyak 25 responden.

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner pengetahuan yang berisi 20 pertanyaan dan lembar observasi kepatuhan pencegahan VAP. Instrumen kuesioner pengetahuan pada penelitian ini mengadopsi dari penelitian (Sadli, 2017) yang berisi 20 pertanyaan pilihan ganda dan sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan nilai 0,803 dan cronbachalpha 0,784Instrument kepatuhan dalam penelitian ini merupakan modifikasi dari instrumen penelitian Susmiarti (2015) yang berjudul �Intervensi VAP bundle dalam pencegahan ventilator associated pneumonia (VAP) pada klien dengan ventilasi mekanis� dan instrumen penelitian Rahman (2012) yang berjudul �Kejadian ventilator associated pneumonia (VAP) pada klien dengan ventilasi mekanik menggunakan indikator clinical pulmonary infection score (CPIS)�.

Instrumen penelitian terdiri dari 7 item perlakuan untuk pencegahan VAP yang telah dilakukan uji validitas konten ekspert bidang keperawatan kritis yang merupakan praktisi klinis dengan pendidikan S2 Keperawatan. Penelitian dilakukan setelah mendapat etical clereance dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhamadiyyah Semarang tanggal 28 Maret 2019 dan surat ijin RS X Kota Semarang pada tanggal 15 April 2019 19.

Prinsip penelitian digunakan dalam penelitian ini yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity) dan prinsip keadilan (right to justice) Prosedur teknis penelitian ini peneliti menyampaikan tujuan penelitian untuk mendapat persetujuan responden dilanjutkan memberikan lembar persetujuan terhadap responden. Setelah mengisi lembar persetujuan peneliti meminta responden untuk mengisi kuesioner pengetahuan perawat dalam pencegahan VAP. Peneliti akan melakukan observasi kepatuhan perawat dalam melakukan pencegahan VAP dengan 3 kali observasi secara langsung atau menggunakan CCTV dalam pengamatan kegiatan harian masing-masing responden.

Observasi penilaian dilakukan selama tiga kali dan digolongkan sebagai berikut ; 3 kali melakukan dikatakan selalu, 2 kali atau 1 kali melakukan dikatakan kadang-kadang, dan skor 0 jika tidak pernah melakukan tindakan. Skoring dinilai dengan rentang 0 � 21, dikatakan patuh jika skor > cut off point dan tidak patuh jika skor < cut off point. Data ini dianalisis secara univariat dan bivariate, Uji bivariat di lakukan dengan menggunakan uji korelasi, diawali dengan uji homogenitas menggunakan One Way Anova kemudian dilakukan uji kenormalan dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov.

Uji bivariat untuk mengevaluasi hubungan pengetahuan tentang guideline VAP bundle terhadap tingkat kepatuhan dilakukan dengan uji korelasi Pearson Product Moment.   Hasil (35% dari total tulisan) Tabel 1 Karakteristik Responden Perawat ICU di RS X Kota Semarang (n=25) Variabel f % Mean Min Max SD  Jenis kelamin        Laki-laki 12 48      Perempuan 13 52      Tingkat Pendidikan        D3 Keperawatan 19 76      SI Keperawatan 1 4      Ners 5 20      Jenis Pelatihan        ICU 15 60      In house trainning 10 40      Usia (tahun)*   30.4 24 40 4.865  Remaja akhir 6 24      Dewasa awal 14 46      Dewasa akhir 5 20      Lama Kerja (tahun)   8 1 19 0.476  ? 2 tahun 8 32      ? 2 tahun 17 68       * Kategori umur menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2009 Tabel 1 menunjukan karakteristik responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 13 responden (52%), tingkat pendidikan D3 sebanyak 19 responden (76%), sebangian besar sudah memiliki pelatihan ICU sebanyak 15 responden (60%). Usia responden masuk dalam kategori dewasa awal sebanyak 14 responden (46%), usia termuda 24 tahun dan dengan usia tertua 40 tahun.

Lama kerja di ICU menunjukkan sebagian besar > 2 tahundan yang baru adalah 1 tahun. Tabel 2 Tingkat Pengetahuan Responden Tentang VAP Bundle di RS X Kota Semarng (n=25) Tingkat pengetahuan f %  Cukup 10 40  Baik 13 52  Sangat baik 2 8  Jumlah 25 100   Tabel 2 menunjukkan tingkat pengetahuan responden terkait VAP bundle sebagian besar termasuk dalam kategori baik sebanyak 52%. Pengetahuan yang harus ditingkatkan pada aspek rasio jumlah perawat di ruang intensif (60%), tujuan tekanan cuff endotrakeal (52%), penggunaan profilaksis ulkus peptikum (56%), pemberian diit berlebihan pada pasien yang terpasang ventilator (56), yamg sudah bagus (100%) pada aspek penggunaan sarung tangan steril digunakan untuk merawat pasien dengan ventilator, kapan suction dilakukan pada pasien dan kapan perawat harus mengganti kateter suction.

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kepatuhan Responden Tentang VAP bundle di ruang ICU RS X Kota Semarang ( n = 25 ) Tingkat kepatuhan f %  Patuh 19 64  Tidak patuh 6 36  Jumlah 25 100  Tabel 3 menunjukan gambaran tingkat kepatuhan responden dalam penerapan VAP bundle sebagian besar patuh (64%). Aspek pada perilaku kepatuhan responden terhadap penerapan bundle VAP yang kurang pada penggunaan sarung tangan steril pada saat melakukan tindakan (92%), alih baring tiap 2 jam (76%) dan cuci tangan sebelum melakukan tindakan (80%).

Aspek perilaku kepatuhan yang sudah bagus (100%) seperti elevasi kepala tempat tidur 30 � 45 derajat, penghisapan secret endotracheal dengan prinsip steril, perawatan mulut dengan chlorhexidine, menjaga balon cuff tetap mengembang 25 � 30 cmH2O. Tabel 4 Uji Homogenitas Karakteristik Responden Terhadap Tingkat Pengetahuan Terkait VAP bundle diruang ICU RS X kota Semarang ( n = 25 ) Variabel p value  Tingkat pendidikan 0.355  Lama kerja di ICU 0.059   Tabel 4 menunjukan hasil uji homogenitas diperoleh p value 0.355 dan 0,0059(p > 0,05) yang berarti tingkat pengetahuan berdasarkan tingkat pendidikan dan lama kerja perwat di ruang ICU RS X Kota Semarang memiliki variasi yang sama Tabel 6 Uji kenormalan data tingkat pengetahuan terkait VAP bundle diruang ICU RS X kota Semarang Maret � April 2019 ( n = 25 ) Hal yang di uji Mean SD p value  Tingkat pengetahuan 76.6 10.380 0.453*  Tingkat kepatuhan 18.8 0.957 0.200*   Kolmogorov Smirnov test* Tabel 6 menunjukkan hasil uji normalitas menujukan bahwa distribusi data tingkat pengetahuan dan tingkat kepatuhan responden terhadap bundle VAP menunjukan data berdistribusi normal. Nilai p value tingkat pengetahuan 0.453 (p > 0.05) nilai p value tingkat kepatuhan 0.200 (p > 0.05).

Tabel 7 Analisa Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Tingkat Kepatuhan Pencegahan VAP dengan VAP bundle di RS X Kota Semarang (n=25) Hal yang di uji n R pearson correlation p value  Tingkat pengetahuan � tingkat kepatuhan 25 0.456 0.022*   Pearson Product moment* Hasil penelitian menunjukan p value 0.022 (p > 0,05) artinya terdapat hubungan tingkat pengetahuan terhadap tingkat kepatuhan perawat dalam pelaksanaan bundle VAP di Ruang ICU RS X kota Semarang. Nilai r 0.456 yang memiliki makna terdapat hubungan yang cukup kuat antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kepatuhan terhadap penerapan VAP bundle.

Grafik 1 Diagram scatter plot hubungan pengetahuan dengan kepatuhan penerapan bundle VAP di RS X kota Semarang (n=25) / Berdasarkan grafik 4.1 menunjukkan memiliki hubungan yang positif (korelasi positif) yang artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan maka semakin baik tingkat kepatuhan dan nilai R� 0.208 artinya tingkat pengetahuan mempengaruhi kepatuhan perawat dalam pencegahan VAP sebesar 71 % sisanya 29 % dipengaruhi oleh faktor lain.   Pembahasan (35% dari total tulisan) Hasil pada penelitian ini menunjukan rata-rata tingkat pendidikan responden adalah DIII Keperawatan sebanyak 19 orang dengan frekuensi 76 %, responden dengan pendidikan paling sedikit adalah S1 Keperawatan sebanyak 1 orang dengan frekuensi 4 % dan pendidikan paling tinggi adalah Ners sebanyak 5 orang dengan frekuesi 20 %.

Hasil penelitian tingkat pendidikan responden setelah dihubungkan dengan tingkat pengetahuan terkait VAP bundle menunjukan rata-rata memiliki pengetahuan baik dan yang memiliki pengetahuan sangat baik adalah tingkat pendidikan Ners sebanyak 2 orang dengan frekuensi 8 %. Hasil tersebut didukung secara teori yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan seseorang atau individu akan berpengaruh terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berfikir rasional dan menangkap informasi baru sehingga menimbulkan rasa ingin tahu yang lebih (Stuart, 2009).

Rata-rata responden memiliki kategori usia masa dewasa awal sebanyak 46 % diikuti remaja akhir 24 % dan dewasa akhir 20,8 % dengan rata-rata usia 30.4 tahun. Hal ini sama dengan hasil uji homogen tingkat usia dengan pengetahuan tentang bundle VAP bahwa antara usia remaja akhir hingga dewasa akhir memiliki varian yang sama terkait bundle VAP. usia dewasa awal untuk untuk tingkat pengetahuanya cara berfikirnya lebih formal operasional, sistematis dan terampil kuantitas jumlah pengetahuan nya lebih besar (Izzati, 2009).

Usia dewasa akhir perkembangan cara berfikirnya tidak bisa terlepas dari perubahan kualitatif selama dewasa muda artinya masih dapat di tingkatkan dengan cara terus menerus memperluas pengalaman belajarnya (Wahyudi, 2016). Lama kerja menunjukan bahwa rata - rata lama kerja di ICU terhadap tingkat pengetahuan meliputi cukup baik dan sangat baik menunjukan bervariasi mulai dari lama kerja < 2 tahun sampai dengan > 2 tahun.

Lama kerja berhubungan dengan pengalaman seseorang sangat mempengaruhi pengetahuan, semakin banyak pengalaman seseorang tentang suatu hal, maka akan semakin bertambah pula pengetahuan seseorang akan hal tersebut (Notoatmodjo, 2010). Tingkat pengetahuan responden tentang bundle VAP didapatkan data dari 25 responden didapatkan kategori tingkat pengetahuan responden terkait bundle VAP sebagian besar tingkat pengetahuan baik sebanyak 52 %, namun masih ada yang belum baik yang dapat berpengaruh pada kejadian VAP di ICU.

Hasil sebaran menunjukkan dari 20 soal jawaban yang yang benar 100 % pada aspek penggunaan sarung tangan steril dalam merawat pasien, kapan petugas melakukan suction dengan jawaban dilakukan setiap kali dilakukan, penggantian kateter suction segera setelah digunakan. Pengetahuan adalah hasil dari penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan melalui panca indera manusia yakni indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba namun sebagian besar pengetahuan di peroleh melalui penglihatan dan pendengaran (Notoatmodjo, 2012).

Hasil sebaran menunjukkan dari 20 soal jawaban yang yang benar 100 % pada aspek penggunaan sarung tangan steril dalam merawat pasien, yang digunakan pada saat melakukan suction endotrakeal. Penggunaan sarung tangan streril tidak hanya dilakukan dalam melakukan suction endotrakeal tetapi digunakan setiap melakukan tindakan invasif yag bertujuan untuk meminimalkan penularan penyakit serta membebaskan lingkungan bebas infeksi.

Alat pelindung diri (APD) memiliki dua fungsi yaitu untuk kepentingan penderita dan untuk petugas sendiri, penggunaan sarung tangan steril bertujuan untuk melindungi tangan kontak dengan darah dan cairan yang berasal dari tubuh pasien serta dapat mengurangi penyebaran infeksi dari pasien (Wibowo, 2018). Pentingnya pengetahuan VAP bundle dalam pencegahan infeksi nosokomial adalah dapat mengurangi biaya 10 kali lipat dan meningkatkan keselamatan pasien dan kualitas pelayanan. Intervensi keperawatan kritis dilakukan secara rutin telah terbukti mengurangi angka kejadian VAP (IHI, 2009).

VAP bundle untuk membantu mengurangi atau menghilangkan VAP meliputi elevasi kepala tempat tidur (HOB) 30-45�, sedasi minimal, deep vein thrombosis (DVT) prophylaxis, ulkus peptikum prophylaxis, menjaga cuff tetap mengembang, perawatan mulut (Oral care). VAP bundle merupakan intervensi harian keperawatan untuk mencegah terjadinya VAP yang harus didukung dengan pengetahuan perawat (SARI, 2011). Kategori tingkat kepatuhan responden terhadap bundle VAP sebagian besar patuh dalam pencegahan VAP namun 36 % masih tidak patuh.

Kepatuhan dalam pencegahan VAP sangat di perlukan karena kepatuhan merupakan salah satu perilaku yang bisa mencegah terjadinya infeksi, jika perawat tidak patuh maka akan semakin banyak terjadi infeksi sehingga angka kejadian VAP semakin besar. Kepatuhan perawat professional adalah sejauh mana perilaku seorang perawat sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan pimpinan perawat ataupun pihak rumah sakit (Niven, 2012).

Kepatuhan yang harus dilakukan dalam penerapan bundle VAP meliputi elevasi kepala tempat tidur 30 � 45 derajat, penghisapan secret endotracheal dengan prinsip steril, menggunakan sarung tangan steril setiap melakukan tindakan suction, alih baring kepada pasien setiap 2 jam, perawatan mulut dengan chlorhexidine, menjaga balon cuff tetap mengembang 25 � 30 cmH20, cuci tangan sebelum melakukan tindakan (Susmiarti, 2015 dan Rahman, 2012). Penelitian menunjukan ada korelasi antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kepatuhan perawat dalam pencegahan VAP.

Semakin tinggi pengetahuan maka semakin baik pula tingkat kepatuhan perawat dalam pencegahan VAP, begitu pula sebaliknya pengetahuan yang baik akan di ikuti perilaku yang baik, serta pengetahuan yang kurang akan diikuti perilaku yang kurang tentang bundle VAP. Dalam penelitian ini hanya memegang peran 20,8 % perilaku yang mempengaruhi perawat dalam pencegahan VAP. Meskipun hanya 20,8 % mempengaruhi perilaku dalam penelitian ini, namun 20,8 % itu menjadi sangat bermakna jika pengetahuannya baik, sehingga perawat perlu meningkatkan kompetensi pengetahuannya dalam hal pencegahan VAP, terutama pengetahuan yang harus di tingkatkan dalam hal hubungan jumlah perawat dengan tingkat kejadian VAP, alasan tekanan cuff harus dipertahankan, penggunaan propilaksis ulkus peptikus, diit pada pasien yeng terpasang ventilator.

Hasil penjabaran uji korelasi pearson product moment pada pengetahuan responden tentang bundle VAP rata-rata memiliki pengetahuan baik sebanyak 46 % dan rata � rata kepatuhan responden dalam penerapan bundle VAP adalah 64 %. Hal tersebut memiliki makna bahwa masih perlunya peningkatan pengetahuan dan kepatuhan penerapan VAP bundle untuk mencegah terjadinya VAP di RS, didukung dari hasil penelitian menunjukan ada hubungan pengetahuan terhadap kepatuhan penerapan VAP bundle.

Hasil tersebut didukung dengan penelitian berjudul gambaran tingkat kepatuhan dan faktor yang mempengaruhi kepatuhan perawat dalam penerapan bundle ventilator associated pneumonia mengatakan bahwa faktor terbesar dari kepatuhan penerapan bundle VAP adalah pengetahuan (Aryani, 2018). Faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan penerapan VAP bundle adalah sikap, motivasi, beban kerja, perubahan SOP (Standar Operasional Prosedur). Kurangnya motivasi perawat dalam penerapan VAP bundle yang tidak kondusif dapat mempengaruhi perubahan perilaku kepedulian perawat terhadap penerapan VAP bundle.

Kapasitas jumlah pasien yang yang melebihi kemampuan kerja perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan, dimana tingkat kesibukan perawat ataupun tidak seimbangnya beban kerja juga berpengaruh terhadap penerapan VAP bundle (Idawati, 2016). Hasil peneIitian sejalan dengan penelitian sebelumnya yang berjudul hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan penerapan VAP bundle di ruang ICU RSUP DR M Djamil Padang tahun 2016 dengan hasil p value 0,001 yang menunjukan bahwa terdapat hubungan pengetahuan dengan kepatuhan penerapan bundle VAP (Idawati, 2016).

Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pengetahuan adalah hasil dari penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan melalui panca indera manusia yakni indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba namun sebagian besar pengetahuan di peroleh melalui penglihatan dan pendengaran terkait ventilator associated pneumonia (Notoatmodjo, 2012). Penelitian terkait pengetahuan memegang peran 71 % dalam perilaku yang mempengaruhi perawat dalam pencegahan VAP, sedangkan 29 % dipengaruhi oleh faktor lain seperti pemahaman tentang interuksi, kualitas interaksi, isolasi sosial dan keluarga.

Pengetahuan memegang peranan besar dalam mempengaruhi kepatuhan perawat, menjadi sangat bermakna jika pengetahuannya baik maka kepatuhan akan meningkat, sehingga perawat perlu meningkatkan kompetensi pengetahuannya dalam hal pencegahan VAP. Pengetahuan yang harus di tingkatkan dalam hal hubungan jumlah perawat dengan tingkat kejadian VAP, alasan tekanan cuff harus dipertahankan, penggunaan propilaksis ulkus peptikus, diit pada pasien yeng terpasang ventilator.

  Simpulan (5% dari total tulisan) Tingkat pengetahuan responden tentang bundle VAP sebagian besar 52 % termasuk dalam kategori baik. Tingkat kepatuhan responden tentang bundle VAP sebagian besar 64 % termasuk dalam kategori patuh. Terdapat hubungan pengetahuan tentang VAP bundle dengan kepatuhan penerapan VAP bundle di RS X Kota Semarang (p value 0,022).   Ucapan Terimakasih Terimakasih kepada pihak rumah sakit yang telah berkenan mengijinkan peneliti melakukan penelitian dan tidak menyebutkan nama rumah sakit yang digunakan. Terimakasih kepada para responden yang bersedia membantu berpartisipasi sebagai bagian dari penelitian ini.

  Referensi (hanya menuliskan referensi yang digunakan dalam manuskrip, referensi buku paling lama 10 tahun terakhir, referensi artikel paling lama 5 tahun, gaya penulisan APA style, dibuat secara otomatis menggunakan reference manager misal:Mendeley, EndNote, Zotero, dll) DAFTAR PUSTAKA Aryani, D. F. (2018). Gambaran tingkat kepatuhan dan faktor � faktor yang mempengaruhi kepatuhan perawat dalam penerapan bundle ventilator associate pneumonia. Diakses pada tanggal 17 maret 2019, http://ojs.stikes�bali.ac.id Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta. Idawati, S. (2016).

Hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan penerapan VAP bundle di ICU RSUP Dr. M. Djamil Padang.diakses pada tanggal 9 Agustus 2018, https://scholar.unand.ac.id INICC (2009).International nosocomial infection control consortium (INICC). Diakses pada tanggal 14 Agustus 2018.http://www.ncbi.nlm.nih.gov Izzati, R. E. (2009) Perkembangan fisik dan kognitif dewasa awal, Universitas Negri Yogyakarta. Diakses pada tanggal 18 Mei 2019. staff.uny.ac.id. Mohamed, K. A. (2014). Compliance whit VAP bundle implementation and its effectiveness on surgical and medical sub-population in adult ICU. Egyptian journal of chese disease and tuberculosis.

diakses pada tanggal 11 Agustus 2018, https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/SO422763 Niven, N. (2012). Psikologi kesehatan : Pengantar untuk perawat dan tenaga kesehatan professional lain. Jakarta : ECG Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta Purnawan, I. S. (2010). Mengelola pasien dengan ventilator mekanik.Jakarta : Rekatama Rahman, D. ( 2011). Kejadian Ventilator Associated Pneumonia (VAP) pada klien dengan ventilasi mekanik menggunakan indicator clinical pulmonary infection score (CPIS).

Diakses pada tanggal 6 Januari 2019, http://www.researchgate.net/publication.com Ramiati, (2013). Ventilator-associated pneumonia dan pencegahannya.diakses pada tanggal 12 Agustus 2018, https://husadamahakam.poltekes-kaltim.ac.id Sadli. (2017). Gambaran pengetahuan klinisi ruang rawat mengenai ventilator assotiated pnemonnia (VAP) bundle di ruang rawat intensif RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2018. http://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/jap/article/view/1108 SARI, (2011).

Guidelines for the prevention of ventilator-associated pneumonia in adults in Ireland : HSE Setiadi , T. E., & Soemantri, A. (2009).Acute respiratory distress syndrome (ARDS) patofisiologi, dinamika kardiovascular dan lung recruitment therapy. Semarang: Pelita Insani Semarang Sundana, K. (2014). Ventilator pendekatan praktis di unit perawatan kritis.Bandung : CICU Bandung Susmiarti, D. (2015). Intervensi vap bundle dalam pencegahan ventilator associated pneumonia (VAP) pada pasien dengan ventilasi mekanis. Diakses 12 Agustus 2018, https://media.neliti.com Struat, G. W. (2009). Buku saku keperawatan jiwa. Jakarta:2009 Wahyudi, (2016) perkembangan Periodesasi dewasa akhir Universitas Muhamadiyah Indonesia.

Diakses pada tangal 18 Mei 2019, eprint umsida.ac.id. Wibowo, A. S. (2018). Hubungan karakteristik perawat dengan penggunaan sarung tangan pada tindakan invasive di ruang rawat inap RSUD Dr. H. Soewondo Kendal. Diakses pada tanggal 11 Mei 2019, http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/download/157/181.   Systematic Review Pendahuluan (10% dari total tulisan) = Mengutip minimal 4 artikel ilmiah (nasional / internasional) yang memiliki DOI (Digital Object Identifier)   Metodologi (15% dari total tulisan) = tuliskan strategi pencarian artikel yang direview, mekanisme pemilihan artikel yang direview.

  Hasil (35% dari total tulisan) = ditulis berdasarkan tema yang dibandingkan   Pembahasan (35% dari total tulisan) = ditulis berdasarkan tema yang dibandingkan   Simpulan (5% dari total tulisan)   Ucapan Terimakasih   Referensi (hanya menuliskan referensi yang digunakan dalam manuskrip, referensi buku paling lama 10 tahun terakhir, referensi artikel paling lama 5 tahun, gaya penulisan APA style, dibuat secara otomatis menggunakan reference manager misal:Mendeley, EndNote, Zotero, dll)   Literature Review Pendahuluan (10% dari total tulisan) = Mengutip minimal 4 artikel ilmiah (nasional / internasional) yang memiliki DOI (Digital Object Identifier)   Metodologi (15% dari total tulisan) = tuliskan strategi pencarian sumber pustaka yang direview, mekanisme pemilihan sumber pustaka yang direview.

  Hasil (35% dari total tulisan) = ditulis berdasarkan tema yang dibandingkan   Pembahasan (35% dari total tulisan) = ditulis berdasarkan tema yang dibandingkan   Simpulan (5% dari total tulisan)   Ucapan Terimakasih   Referensi (hanya menuliskan referensi yang digunakan dalam manuskrip, referensi buku paling lama 10 tahun terakhir, referensi artikel paling lama 5 tahun, gaya penulisan APA style, dibuat secara otomatis menggunakan reference manager misal:Mendeley, EndNote, Zotero, dll)   Studi Kasus Pendahuluan (10% dari total tulisan) = Mengutip minimal 4 artikel ilmiah (nasional / internasional) yang memiliki DOI (Digital Object Identifier)   Metodologi (15% dari total tulisan) = tuliskan desain studi kasus, populasi & sampel, tempat studi kasus, instrumen yang digunakan, pengumpulan data, analisis data, dan etika studi kasus, jelaskan dengan gambar jika perlu.

  Hasil (35% dari total tulisan)   Pembahasan (35% dari total tulisan)   Simpulan (5% dari total tulisan)   Ucapan Terimakasih   Referensi (hanya menuliskan referensi yang digunakan dalam manuskrip, referensi buku paling lama 10 tahun terakhir, referensi artikel paling lama 5 tahun, gaya penulisan APA style, dibuat secara otomatis menggunakan reference manager misal:Mendeley, EndNote, Zotero, dll)