Plagiarism Checker X Originality Report

Plagiarism Quantity: 14% Duplicate

Date Wednesday, December 23, 2020
Words 551 Plagiarized Words / Total 3928 Words
Sources More than 37 Sources Identified.
Remarks Low Plagiarism Detected - Your Document needs Optional Improvement.

TERAPI MURROTAL MENURUNKAN TINGKAT NYERI PASIEN POST SECTIO CAESARIA Endah Wahyuningsih�, Nikmatul Khayati� �Ruang Obstetri RSUP Dr.Kariadi Semarang, Program Studi Pendidikan Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Semarang �Program Studi Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Semarang Email: [email protected] Abstrak Sectio caesaria merupakan proses persalinan dengan melalui pembedahan pada daerah perut yang menimbulkan terputusnya kontinuitas jaringan dan syaraf sehingga timbul rasa nyeri yang berlangsung lama. Salah satu terapi non farmakologi yang digunakan yaitu terapimurrotal. Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui intervensi terapi murrotal Ar-Rahman 78 ayat yang mempunyai efek terapetik menurunkan nyeri pada pasien post SC.

Desain penelitian yang digunakan dalam studi kasus ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan pre test dan post test.Sampel yang digunakan yaitu purposive sampling dengan responden 2 orang. Pengkajian nyeri menggunakan lembar NRS sebelum dan sesudah intervensi dilanjutkan pemberian terapi murrotal dan relaksasi napas dalam sehari 1x intervensi selama 25 menit beserta evaluasi oleh penulis dan secara mandiri oleh pasien apabila nyeri timbul. Terapi diberikan 2 jam setelah pasien minum obat nyeri. Hasil studi kasus menunjukkan bahwa pasien mengalami penurunan nyeri dengan rata-rata 1 poin dari skala 5 menjadi 1 setelah terapi murrotal. Terapi Murrotal yang dikombinasikan dengan napas dalam mampu menurunkan skala nyeri pasien post SC.

Hal ini terjadi karena musik dapat memproduksi zat endorphin dan bekerja pada sistim limbik dihantarkan kepada system saraf dan merangsang organ-organ tubuh untuk memproduksi sel-sel yang rusak akibat pembedahan sehingga nyeri berkurang. Diharapkan setiap rumah sakit memberikan terapi murrotal kepada pasien post SC untuk membantu mengurangi nyeri pada luka post SC. Kata kunci: Nyeri, Post Sectio Caesaria, Terapi Murrothal PENDAHULUAN Sectio caesaria merupakan proses persalinan dengan melalui pembedahan pada daerah abdomen yang akan menimbulkan terputusnya kontinuitas jaringan dan saraf sehingga mengakibatkan timbulnya rasa nyeri pada daerah bekas sayatan post sectio caesaria(Ariani P. & Mastari, 2020). Angka kejadiansectio caesarea di Indonesia menurut data survey nasional tahun 2007 adalah 927.000 dari4.030.000 persalinan(Kemenkes RI, 2015).

Persalinan sectio caesarea memiliki nyeri lebih tinggi sekitar 27,3% dibandingkan dengan persalinan normal yang hanya sekitar 9%(Maryati, A.W., Cucu R., Yeti H., 2020) . Pada ibu post partum sectio caesaria akan mengalami rasa nyeri yang hebat dan proses penyembuhannya pun lebih lama bila dibandingan dengan post partum normal. Pada pasien sectio caesaria akan dilakukan tindakan anestesi untuk menghilangkan rasa nyeri pada pasiennya (Purwati, E. Dkk, 2019). Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau pontensial yang digambarkan sebagai kerusakan awitan yang tiba-tiba ataulambat dari intesitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau prediksi(Rini, S., 2018). Pada setiap individu akan mengalami rasa nyeri yang berbeda tergantung pada fisiologis, kedalaman luka dan lamanya penyembuhan luka (Sjamsuhidajat, 2012).

Salah satu teknik untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien post SC adalah dengan teknik distraksi salah satunya yaitu distraksi suara berupa music. Music adalah salah satu seni yang dapat mempengaruhi pusat saraf dengan mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa nyeri, Pendekatan spiritual dapat membantu mempercepat pemulihan atau penyembuhan klien(Ferinawati & Hartati R, 2019).Musik juga mempengaruhi pusat sistem saraf simpatis maupun sistem saraf automatis, dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu jenis musik yang digunakan adalah murottal Al-Qur�an (Perry, A.G & Potter, P. A., 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Purwati dkk (2019) di Di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarangmenyatakan terapi bacaan Al-Quran dapat bersinergi dengan terapi farmakologi dalam menurunkan nyeri.Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya tentang pengaruh terapi musik dan terapi murottal terhadap penurunan tingkat nyeri dan kestabilan tanda-tanda vital olehSiswanti dan Ummi (2017) di Di Rsi Sunan Kudus Kabupaten Kudushasil evaluasi menunjukkan sebelum dilakukan terapi murottal sebagian besar responden pada skala nyeri 6 sebanyak 16 orang (40%). Setelah dilakukan terapi murottal sebagian besar responden pada skala nyeri 4 sebanyak 14 orang (28.6%) yang artinya ada pengaruh yang signifikan terapi murottal terhadap nyeri klien post operasi seksiosesaria di RSI Sunan Kudus. (a=0.000). Penelitian Nurdiansah (2015) Di RSUD A.

Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung didapatkan hail perbedaan selisih respon nyeri pasien post operasi antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol, yang dibuktikan dengan nilai selisih pada kelompok intervensi sebesar 2,65 dan nilai selisih pada kelompok kontrol sebesar 1,59. Adapun faktor confounding tidak memiliki pengaruh terhadap respon nyeri yaitu pengalaman nyeri masa lalu (p�value=0,387), jenis kelamin (p�value=0,068) dan budaya bermusik (p�value = 0,599). Kesimpulan pada penelitian ini adalah pemberian terapi musik mempunyai efektifitas yang lebih baik dalam manajemen nyeri pasca pembedahan. Musik menimbulkan perasaan tenang dan rileks sehingga nyeri berkurang. Penelitian yang dilakukan oleh Atmaja (2020) didapatkan hasil bahwa terapi murottal al-qur�an lebih efektif menurunkan kecemasan. Hasil pelaksanaan tudi kasus ini didukung juga oleh Ariani (2020) the results of this study indicate the P-value (0.839) > a (0.05). The conclusion of this study is that there is no effectiveness of progressive relaxation on the decrease in pain intensity in post sectio caesarea patients in the hybrid room of Sembiring General Hospital.

Berdasarkan fenomena di atas maka penulis tertarik untuk mengapliksikan �Terapi Murrotal Menurunkan Tingkat Nyeri Pasien Post Sectio Caesaria Di Ruang Obstetri RSUP Dr. Kariadi Semarang�. Tujuan dilakukannya terapi murrotal yaitu untuk memberikan ketenangan dan rileks pada tubuh, mengalihkan perhatian terhadap nyeri, menurunkan intensitas nyeri post operasi sectio caesaria(Rilla E.V., Elwiyah R, Aat S., 2014). METODE Metode penulisan yang digunakan dalam studi kasus ini adalah metode deskriptif yaitu menggambarkan tentang proses keperawatan dengan memfokuskan pada salah satu masalah penting dalam kasus yang dipilih yaitu asuhan keperawatan pada pasien post SC dengan gangguan rasa nyeri luka bekas sayatan operasi.Subjek studi kasus adalah pasien post SC hari pertama.

Desain penelitian yang digunakan dalam studi kasus ini adalah deskriptif dengan pendekatan pre test dan post test pengkajian nyeri menggunakan lembar NRS (Numeric Rating Scale) sebelum dan sesudah intervensi dilanjutkan pemberian terapi murrotal dan napas dalam sehari satu kali intervensi beserta evaluasi tindakan yang dilakukan perawat selama 25 menit dan secara mandiri oleh pasien apabila nyeri timbul. Terapi diberikan 2 jam setelah pasien meminum obat analgetik agar respon penurunan murni akibat intervensi murrotal dan bukan karena efek obat analgetik yang telah diberikan. Sampel yang digunakan yaitu purposive sampling dengan kriteria inklusi dan eklusi jumlah responden 2 orang(Dahlan, M. S., 2019).

Kriteria responden dalam studi kasus ini secara inklusiyaitu pasien post SChari pertama dengan masalah keperawatan rasa nyeri akibat adanya luka bekas pembedahan diabdomen, jenis kelamin, agama, tidak ada gangguan pendengaran, bersedia dijadikan responden, dan dalam kesadaran penuh yang akan diberikan intervensi terapi Murrothal Al-Qur�an.Sedangkan eklusinya adalah pasien post SC lebih dari 2 atau 3 hari, beragama non islam, mengalami gangguan pendengaran, dan mengalami penurunan kesadaran. Pengumpulan data menggunakan rekam medik, wawancara, observasi serta peran aktif dalam pemberian asuhan keperawatan. Alat yang digunakan untuk pengumpulan data adalah lembar observasi nyeri dengan skala NRS (Numeric Rating Scale). Adapun prosedur pengumpulan data dilakukan setelah penulis mendapatkan persetujuan komite etik dan izin mengelola pasien di Ruang Obstetri Rumah Sakit Umum Pemerintah Kariadi Semarang dengan mempertimbangkan prinsip kode etik yang digunakan yaitu menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity), menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy and confidentiality), keadilan (respect for justice), memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and benefits). HASIL STUDI Studi kasus ini di lakukan di Ruang Obstetri Rumah Sakit Umum Pemerintah Kariadi Semarang pada pasien post SC yang diberikan terapi murrotal dengan tujuan untuk menurunkan tingkat nyeri pada pasien post SC.

Pengkajian pasien ke satu Ny. S diagnosa post sectio caesaria, usia 22 tahundengan kelahan nyeri pada luka bekas sayatan SC dibagian perut. Keadaan umum sadar penuh,komposmentis, Pre intervene TTV TD = 130/90 mmHg, Nadi = 90 x/menit, RR = 20 x/menit, skala nyeri 5, post intervensi TTVPost TD = 120/80 mmHg, Nadi = 87 x/menit., RR = 20 x/menit, skala nyeri 4. Pasien ke dua Ny.M dengan diagnose medis post SC, usia 32 tahun, dengan keluhan nyeri seperti tertusuk pada bagian perut daerah bekas operasi SC, nyeri bertambah apabila digunakan untuk bergerak. Keadaan umum sadar penuh,komposmentis, pre intervensi TTV: TD 140/90 mmHg, N 80 x/menit, RR 21 x/menit, skala 5, post intervensi TTV TTV TD 135/87 mmHg, N 78 x/ menit, RR 21 x/ menit, skala 4.

Diagnosa keperawatanberdasarkan keluhan utama maka masalah keperawatan yang muncul dari kedua pasien yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik. Diagnosa tersebut muncul karena adanya nyeri pada luka post SC yang mengakibatkan terputusnya kontinuitas jaringan dan syaraf.Berdasarkan data yang didapatkan maka akan dirumuskan intervensi untuk mengurangi nyeri secara non farmakologi yaitu dengan terapi murrotal Ar-Rahman 78 ayat dikombinasikan dengan napas dalam selama 20 menit untuk membantu mengurangi rasa nyeri dan menimbulkan efek rileks pada kedua responden.

Pemberian terapi murrotal yang diberikan terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap pra-Interaksi menyiapkan SOP mendengarkan terapi Murottal Ar-Rahman, menyiapkan alat, melihat data atau status pasien, melihat intervensi keperawatan yang telah diberikan oleh perawat, mengkaji kesiapan pasien untuk melakkan terapi mendengarkan Murottal Ar-Rahman, menyiapkan ruangan yang tenang dan tidak ada kebisingan,mencuci tangan.Tahap orientasi dengan memberikan salam dan memperkenalkan diri, menanyakan identitas pasien dan menyampaikan kontrak waktu, menjelaskan tujuan dan prosedur, menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien. Tahap kerja yaitu membaca basmalah, posisikan klien berbaring dengan meletakan tangan di perut atau di samping badan, intruksikan pasien untuk melakukan teknik nafas dalam 3 kali atau sampai pasien merasa rileks, pasang headset/headphone yang sudah disambungkan ke HP di kedua telinga pasien, nyalakan murottal sambil mengintruksikan klien untuk menutup mata, intruksikan pasien untuk memfokuskan pikiranya pada lantunan ayat-ayat Ar-Rahman 78 ayat selama � 20 menit, setelah selesai kemudian intruksikan pasien untuk membuka mata dan melakukan teknik nafas dalam sebanyak 3 kali atau sampai pasien merasa rileks.

Tahap terminasi melakukan evaluasi tindakan, menganjurkan pasien untuk melakukan kembali teknik mendengarkan terapi Murottal Al-Qur�an jika nyeri, membaca tahmid dan berpamitan dengan pasien, mencuci tangan, mencatat dalam lembar catatan keperawatan( Fasa, I.F, Firmawati, E., 2016). Simpulan pelaksanaan terapi murrotal yang dikombinasikan dengan napas dalam terhadap kedua reponden yaitu terapi murrotal dapat menurunkan tingkat nyeri pasien post SC ditandai dengan berkurangnya nyeri yaitu penurunan nyeri dengan rata-rata 1 poin dari skala 5 menjadi 1 setelah terapi murrotal.Waktu dilaksanakannya terapi murrotal pada responden pertama diberikan terapi murrotal mulai tanggal 29 sampai 31 Januari 2020.

Diberikan terapi murrotal sehari 1x oleh penulis dan dilanjutkan oleh pasien secara mandiri apabila nyeri muncul dengan durasi waktu selama 20 menit, terapi diberikan 2 jam setelah responden minum obat nyeri dengan tujuan agar tidak ada efek obat terhadap nyeri, jadi penurunan nyeri murni karena efek mendengarkan terapi murrotal.Respon kedua responden pada saat diberikan terapi kooperatif dan mau diberikan intervensi untuk mengurangi nyeri dengan terapi murrotal.Faktor pendukung pelaksanaan terapi murrotal yaitu yaitu bunyi-bunyian dengan frekuensi sedang cenderung merangsang jantung, paru, dan emosi serta untuk meningkatkan relaksasi fisiologis yang diindikasikan dengan penurunan nadi, respirasi dan tekanan darah (Rilla E.V., Elwiyah R, Aat S., 2014).

Berdasarkan hasil studi yang telak dilaksanakan pada kedua responden didapatkan hasil bahwa terapi murrotal dikombinasikan dengan napas dalam mampu menurunkan nyeri pada pasien post SC dengan penurunan nyeri dengan rata-rata 1 poin dari skala 5 menjadi 1 setelah terapi murrotal. Tabel karakteristik dan hasil dari sebelum dan seudah pemberian terapi murrotal Tabel 1.1 Karakteristik Responden Data Klien Pasien I Pasien II  Inisial Ny S Ny. M  Umur 22 Tahun 32 Tahun  Jenis Kelamin Perempuan Perempuan  Agama Islam Islam   Berdasarkan Tabel 1.1 Diketahui Responden ada 2 yaitu Ny. S umur 22 tahun berjenis kelamin perempuan dan Ny. M 32 tahun berjenis kelamin perempuan. Tabel 1.2 Hasil Nyeri Sebelum Dan Sesudah Pemberian Terapi Murrothal Responden  Hari ke 1  Hari ke 2  Hari ke 3   Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah  Responden 1 (29-31 Januari 2020) 5 4 4 3 3 2  Responden 2 (28-30 Januari) 5 4 4 3 3 2   Berdasarkan Tabel 1.2 Diketahui sebelum dilakukan terapi murrotal pada Ny.

S tanggal 29 Januari 2020 hari pertama didapatkan nilai skala nyeri, (skala 5) setelah dilakukan terapi murrotal pada tanggal 29 Januari 2020, hari kedua tanggal 30 Januari 2020 didapatkan nilai skala nyeri (skala 4), setelah dilakukan terapi murrotal pada tanggal 30 Januari 2020 didapatkan nilai skala nyeri (nyeri 3) , dan pada hari ke-tiga tanggal 31 Januari 2020 didapatkan nilai skala nyeri (nyeri 3), setelah dilakukan terapi murrotal pada tanggal 31 Januari 2020 didapatkan nilai skala nyeri (nyeri 2). Sedangkan pada Ny. M sebelum dilakukan hipnoterapi terapi murrotal pada tanggal 28 Januari 2020, didapatkan nilai skala nyeri (skala 5), setelah dilakukan hipnoterapi lima jari pada tanggal 28 Januari 2020, didapatkan nilai skala nyeri (skala 4), hari kedua tanggal 29 Januari 2020 didapatkan nilai skala nyeri (skala 4), setelah dilakukan terapi murrotal pada tanggal 29 Januari 2020 didapatkan nilai skala nyeri (nyeri 3) , dan pada hari ke-tiga tanggal 30 Januari 2020 didapatkan nilai skala nyeri (nyeri 3), setelah dilakukan terapi murrotal pada tanggal 30 Januari 2020 didapatkan nilai skala nyeri (nyeri 2). Hasil implementasi yang telah diberikan kepada kedua pasien yaitu didapatkan hasil penurunan nyeri rata-rata 1 tingkat dari skala 5 menjadi skala 4.

Terapi Murrotal mampu menurunkan skala nyeri pasien post sectio caesaria yang mengalami nyeri pada hari pertama. PEMBAHASAN Hasil studi kasus ini menunjukkan bahwa terapi murrotal dikombinasikan dengan napas dalam mampu menurunkan tingkat nyeri pasien post SC. Berdasarkan studi kasus yang dilakukan selama 3 hari dimulai dari tanggal 28 sampai 31 Januari 2020, dengan studi kasus deskriptif dengan pendekatan pre test dan post test pengkajian nyeri menggunakan lembar NRS (Numeric Rating Scale) sebelum dan sesudah intervensi dilanjutkan pemberian terapi murrotal sehari satu kali intervensi beserta evaluasi tindakan yang dilakukan perawat selama 25 menit dan secara mandiri oleh pasien apabila nyeri timbul di ruang Obstetri RSUP Dr.

Kariadi Semarang yang berjumlah 2 responden.Studi menunjukkan bahwa adanya pengaruh pemberian terapi murrotalyang dikombinasikan dengan napas dalam terhadap penurunan skala nyeri.Hal ini dapat dilihat dari keadaan pasien yang mengatakan merasa rileks dan mengatakan nyeri yang dirasakan sudah berkurang, setelah dilakukan pemberian terapi murrotal pada pasien post SC. Responden pertama sebelum diberikan terapi murrotal skala nyeri 5, setelah diberikan intervensi terapi murrotal mengalami penurunan nyeri satu tingkat menjadi 4. Sedangkan pada responden kedua juga mengalami perubahan skala nyeri dari sebelum terapi pada angka 5 dan setelah terapi pada angka 4.

Hasil studi kasus menunjukkan bahwa pasien mengalami penurunan nyeri dengan rata-rata 1 poin dari skala 5 menjadi 1 setelah terapi murrotal. Dapat disimpulkan terapi murottal dapat menurunkan skala nyeri pada pasien post SC. Hasil studi ini sama dengan hasil studi lain yang menjelaskan terapi bacaan Al-Quran dikombinasikan dengan napas dalam dapat bersinergi dengan terapi farmakologi dalam menurunkan nyeri. Pemberian terapi Al-Quran memberikan efek non farmakologi adjuvan dalam mengatasi nyeri. Hal ini sejalan dengan teori nyeri yaitu keseimbangan antara analgesic dan efek samping dari Good yang menyatakan bahwa pemberian analgetik akan memberikan efek samping sehingga dibutuhkan terapi komplementer bahwa Purwati dkk (2019).Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya tentang pengaruh terapi musik dan terapi murottal terhadap penurunan tingkat nyeri dan kestabilan tanda-tanda vital.

Penelitian Siswanti dan Ummi (2017) di Di Rsi Sunan Kudus Kabupaten Kudus hasil evaluasi menunjukkan sebelum dilakukan terapi murottal sebagian besar responden pada skala nyeri 6 sebanyak 16 orang (40%). Setelah dilakukan terapi murottal sebagian besar responden pada skala nyeri 4 sebanyak 14 orang (28.6%) yang artinya ada pengaruh terapi murottal terhadap nyeri klien post operasi seksiosesaria di RSI Sunan Kudus (a=0.000). Penelitian Nurdiansah (2015) Di RSUD A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung didapatkan hail perbedaan selisih respon nyeri pasien post operasi antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol, yang dibuktikan dengan nilai selisih pada kelompok intervensi sebesar 2,65 dan nilai selisih pada kelompok kontrol sebesar 1,59. Adapun faktor confounding tidak memiliki pengaruh terhadap respon nyeri yaitu pengalaman nyeri masa lalu (p�value=0,387), jenis kelamin (p�value=0,068) dan budaya bermusik (p�value = 0,599).

Kesimpulan pada penelitian ini adalah pemberian terapi musik mempunyai efektifitas yang lebih baik dalam manajemen nyeri pasca pembedahan. Penerapan terapi murottal Al-Qur�an surat Ar-Rahman efektif menurunkan nyeri. Musik dan relaksasi napas dalam menimbulkan perasaan tenang dan rileks sehingga nyeri berkurang. Hasil studi kasus yang telah dilakukan pada kedua responden didapatkan hasil bahwa terapi murrotal dikombinasikan dengan napas dalam dapat menurunkan tingkat nyeri pasien post SC. Hasil studi yang dilakukan melalui intervensi dengan cara melakukan pengukuran skala nyeri sebelum intervensi dengan menggunakanpengkajian nyeri NRS (Numeric Rating Scale).

Setelah dilakukan pengukuran skala nyeri maka akan didapatkan data skala nyeri yang dirasakan pada pasien yaitu skala 5. Lanjutkan dengan pemberian terapi murrotal Ar-Rahman 78 ayat selama 20 menit dengan menggunakan handphone dan headphone. Terapi diberikan sehari 1x oleh penulis dan dilakukan oleh pasien secara mandiri apabila nyeri muncul. Terapi ini diberikan 2 jam setelah pasien minum obat nyeri agar hasil yang didapatkan setelah pemberian terapi murrotal benar-benar efek dari terapi murrotal dan bukan karena efek obat.ditandai dengan pasien mengalami penurunan nyeri dengan rata-rata 1 poin dari skala 5 menjadi 1 setelah terapi murrotal.

Setelah selesai diberikan terapi murrotal dikombinasikan dengan napas dalam ukur kembali tingkat nyeri paien menggunakan skala NRS untuk mengetahui post pemberian terapi murrotal. Dan yang terakhir catat dalam lembar evaluasi. Mekanisme perubahan variabel yang dilakukan pada pasien post SC dilakukan pembedahan pada daerah abdomen yang mengakibatkan terputusnya kontinuitas jaringan dan saraf sehingga menimbulkan luka dan rasa nyeri. Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau pontensial yang digambarkan sebagai kerusakan awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intesitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau prediksi (Rini, S., 2018). Muncul diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik.

Apabila tidak diberikan intervensi dengan tepat dan cepat maka akan menimbulkan efek negative terhadap fisiologis dan psikologis berupa gangguan tidur dan sulit berkomunikasi karena hanya focus pada rasa nyerinya saja (Nurdiansyah T.E., 2015). Intervensi secara non farmakologi yang dilakukan yaitu dengan terapi murrotal mampu menurunkan skala nyeri pasien post SC. Hal ini terjadi karena musik dapat memproduksi zat endorphin dan bekerja pada sistim limbik dihantarkan kepada system saraf dan merangsang organ-organ tubuh untuk memproduksi sel-sel yang rusak akibat pembedahan sehingga nyeri berkurang(Ariani P. & Mastari, 2020). Faktor yang mendukung perubahan variabel yang telah dilakukan yaitu bunyi-bunyian dengan frekuensi sedang cenderung merangsang jantung, paru, dan emosi.

Bunyi musik yang ber-getar membentuk pola dan menciptakan medan energi resonansi dan gerakan di ruangan sekitar-nya. Energi akan diserap oleh tubuh manusia dan secara bertahap mengubah pernapasan, detak jantung, tekanan darah, ketegangan otot, temperatur kulit, dan irama internal lainnya juga mengungkapkan bahwa musik merupakan stimulus yang unik yang memengaruhi respon fisik dan psikologi pendengar sehingga menjadi intervensi yang efektif untuk meningkatkan relaksasi fisiologis yang diindikasikan dengan penurunan nadi, respirasi dan tekanan darah (Rilla E.V., Elwiyah R, Aat S., 2014). Terapi murrotal dikombinasikan dengan napas dalam terhadap penurunan nyeri menggunakan kekuatan sugesti yang langsung akan merelaksasikan kondisi pasien, sehingga bisa menjadi lebih nyaman, nyeri menimbulkan respon autonimik berupa peningkatan nadi, peningkatan pernapasan, dan tekanan darah, nyeri akut akan memacu peningkatan aktivitas saraf simpatis. Tekanan darah arteri dipertahankan dan diatur oleh tonus vasomotor. Secara normal tonus vasomotor meliputi mekanisme neural dan hormonal.

Pengaturan neural diatur oleh pusat vasomotor dari medulla oblongata, dimana pusat ini terdiri dari percabangan vasodepressor dan depressor, vasodepresor menyebabkan vasokontriksi arteri dan menyebabkan tekanan darah arteri meningkat, sedangkan depresot menurunkan rangsangan simpetitik yang menyebabkan vasodilatasi dan menimbulkan tekanan darah arteri menurun (Purwati, E. Dkk, 2019). Faktor penghambat dalam pelaksanaan studi kasus yaitu kondisi pasien yang bisa mengalami perubahan kapanpun maka kan bisa menghambat pelaksanaan terapi ini, alat yang digunakan seperti handphone dan headphone mengalami kehabisan batrai dan kerusakan juga akan menghambat pelaksanaan terapi ini (Siswanti H. & Ummi K., 2017).

Kekurangan studi kasus ini yaitu karena adanya 2 intervensi yaitu terapi murrothal dan relaksasi napas dalam, sehingga efek dari relaksasi napas dalam bisa memberikan efek rileks sama seperti pemberian murrotal. Hal ini menghambat proses studi kasus yang seharusnya focus terhadap terapi murrotal saja, karena ada kombinasi napas dalam sehingga mempengaruhi proses dan hasil yang dilakukan. SIMPULAN Hasil studi evaluasi menunjukkan bahwa adanya pengaruh pemberian terapi murrothal terhadap penurunan skala nyeri, dibuktikan dengan kemampuan pasien dalam mengatasi nyeri yang timbul dengan menggunakan terapi murrothal dikombinasikan dengan napas dalam. Hal ini dapat dilihat dari keadaan pasien yang mengatakan pasien tersebut merasa rileks dan mengatakan nyeri yang dirasakan sudah berkurang.

Hasil Implementasi kasus menunjukkan bahwa pasien mengalami penurunan nyeri dengan rata-rata 1 poin dari skala 5 menjadi 1 setelah terapi murrotal. Dapat disimpulkan terapi murottal dapat menurunkan skala nyeri pada pasien post SC. Maka tujuan pelaksanaan intervensi pemberian terapi murrotal yang dikombinasikan dengan napas dalam didapatkan hasil yaitu dapat menurunkan tingkat nyeri pasien post SC. Hasil dari pembahasan didapatkan bahwa terapi murrotal dapat menurunkan tingkat nyeri pasien post SC dengan rata-rata 1 poin dari skala 5 menjadi 1 setelah terapi murrotal. Efek dari musik dapat memproduksi zat endorphin dan bekerja pada sistim limbik dihantarkan kepada system saraf dan merangsang organ-organ tubuh untuk memproduksi sel-sel yang rusak akibat pembedahan sehingga nyeri berkurang (Ariani P. & Mastari, 2020).Hal ini didukung oleh keadaan pasien yang stabil, alat yang digunakan yaitu handphone dan headphone full batrai dan tidak ada kerusakan(Siswanti H. & Ummi K., 2017).

Berdasarkan hasil studi kasus yang didapatkan bahwa terapi murrotal Ar-Rahman dikombinasikan dengan napas dalam dapat menurunkan nyeri pada pasien post SC diharapkan pada setiap rumah sakit khususnya ruang nifas memberikan terapi murrotal pada pasien post SC terutama pada hari pertama untuk membantu mengurangi nyeri luka setelah pembedahan. SARAN Diharapkan setiap rumah sakit terutama di ruang nifas perawat dapat memberikan terapi murrotal kepada pasien post SC untuk membantu mengurangi nyeri pada luka post SC pada hari pertama. UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners.Penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada seluruh pihak yang terkait dalam proses penyusunan laporan kasus ini. DAFTAR PUSTAKA Ariani P. & Mastari. (2020).

Efektivitas Relaksasi Progresif Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Rsu Sembiring Tahun 2020. Jurnal Kebidanan Kestra (JKK), Vol.2 No.2. Dahlan, M. S. Besar sampel: Cara pengambilan sampel dalam penelitian. kedokteran dan kesehatan (Edisi 2). Jakarta: Salemba Medika;2019 Faridah. (2015). terapi murottal (al-qur�an) mampu menurunkan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi laparatomi. 6(1), 63�70. Fasa, I.F, Firmawati, E.,. (2016). Pengaruh Murotal Al-Qur�an Terhadap Tingkat Depresi Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di Pku Muhammadiyah Gamping. Ferinawati & Hartati R. (2019). Hubungan Mobilisasi Dini Post Sectio Caesarea Dengan Penyembuhan Luka Operasi Di Rsu Avicenna Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen. Journal of Healthcare Technology and Medicine, Vol. 5. Kemenkes RI. (2015).

Kesehatan dalam rangka Sustinable Development Goals (SDGS). Kementerian Kesehatan RI. (2017). data dan inrofmasi profil kesehatan indonesia 2017. (R. Kurniawan, B. Hardhana, & Yudianto, Eds.). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Maryati, A.W., Cucu R., Yeti H. (2020). Pengaruh Progressive Muscle Relaxation Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien Post Sectio Caesaria.Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 3 No 1,, Hal 59 � 64. Nurdiansyah T.E. (2015). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Respon Nyeri Pada Pasien Dengan Post Operasi Di Rsud A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung. Perry, A.G & Potter, P. A. (2012). Fundamental Keperawatan, Konsep, Klinis Dan Praktek. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Purwati, E. Dkk. (2019). Terapi Murottal Al-Qur�an Menurunkan Intensitas Nyeri Post Sectio Caesarea. Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 2 No 1, page 35-43. Rilla E.V., Elwiyah R, Aat S. (2014).

Terapi Murottal Efektif Menurunkan Tingkat Nyeri Dibanding Terapi Musik Pada Pasien Pascabedah. Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 17, hal 74-80. Rini, S. (2018) �Penurunan Nyeri Pada Ibu Post Sectio Caesaria Pasca Intervensi Biologic Nurturing Baby Led Feeding�, MEDISAINS, 16(Agustus), p. 83. doi:10.22069/jwfst.2018.15021.1747. Sholeh, M. (2012). Agama Sebagai Terapi Telaah Menuju Kedokteran Holistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Siswanti H. & Ummi K. (2017). Pengaruh Terapi Murottal Terhadap Nyeri Pasien Post Seksio Sesaria Di Rsi Sunan Kudus Kabupaten Kudus Tahun 2016. Sjamsuhidajat, R. &. (2012). Buku Ajar Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Susilawati & Kasron. (2019). Identification of The Puerperium Infection Characteristics.JURNAL KEBIDANAN, 9. Yolanda, D & Widyanti, Y. 2015.

Pengaruh Terapi Murottal Terhadap Penurunan Nyeri Persalinan Pada Primigravida di BPS Netti Rustam, Amd.Keb Padang Panjang Tahun 2015.