IDENTIFIKASI PERANAN KADER DALAM PENCEGAHAN DBD DI KELURAHAN SRONDOL KULON KECAMATAN BANYUMANIK KOTA SEMARANG
(1) 
(2) 
(*) Corresponding Author
Abstract
Latar Belakang : Kelurahan Srondol Kulon, Kecamatan Banyumanik Kota Semarang merupakan salah satu kelurahan endemis tinggi DBD. Menurut DKK Semarang tahun 2005 di kelurahan tersebut terdapat 28 kasus, tahun 2006 turun menjadi 18 kasus, namun tahun 2007 naik menjadi 51 kasus. Bahkan pada bulan Februari 2007 Kecamatan Banyumanik ditetapkan dalam status KLB DBD. Mengingat wilayah tersebut merupakan
daerah endemis dan KLB DBD, maka peran kader dan puskesmas dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pencegahan DBD di wilayah tersebut sangat diperlukan. Apalagi Depkes RI telah menetapkan peran kader kesehatan dalam PSN-DBD untuk pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD.
Tujuan : Mengidentifikasi Peranan Kader kesehatan dalam pencegahan DBD di Kelurahan Srondol Kulon Kecamatan Banyumanik Kota Semarang.
Metode : Jenis penelitian ini Kualitatif. Lokasi penelitian ialah wilayah RT 3 RW VIII Kelurahan Srondol Kulon Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Sumber data penelitian ini diperoleh melalui DKT dengan ibu-ibu warga (15 – 60 tahun) yang bertempat tinggal RT 3 RW VIII di Kelurahan Srondol Kulon Kecamatan Banyumanik yang terpilih dan bersedia untuk diteliti serta ada di rumah pada saat penelitian dilakukan. Selanjutnya dilakukan pula wawancara mendalam dengan kader jumantik yang menangani pencegahan DBD di RT 3 RW VIII, pihak Puskesmas setempat, pihak kelurahan dan tokoh masyarakat, observasi sekilas di wilayah tersebut serta literatur, dan sumber-sumber lain yang mendukung penelitian.
Hasil : Peranan kader jumantik dalam pencegahan DBD di RT 3 sudah cukup baik, terutama pada saat diberlakukannya PSN Pendampingan. Namun ternyata tujuan program belum tercapai, karena setelah program berakhir warga belum mampu melakukan PSN secara mandiri dan teratur. Sebagian besar warga dalam DKT menyatakan bahwa untuk sementara mereka ingin istirahat dahulu karena ‘capek’ dan rencananya PJB akan diganti menjadi sore hari. Hal tersebut pun diakui oleh kader jumantik. Warga memaklumi bahwa kader banyak merangkap tugas sehingga
kesibukannya cukup tinggi. Namun reinforcing dari kader jumantik kepada warga sangatlah diperlukan, terbukti warga masih berharap untuk “dioyak-oyak”, karena paling tidak akan membuat warga merasa “pekewuh” sehingga mau melaksanakan PSN. Reinforcing penting yang lain ialah dari ibu ketua RT setempat. Dari hasil penelitian terungkap pula bahwa pengetahuan kader jumantik seputar PSN belum sepenuhnya baik,
oleh karena itu kader jumantik masih perlu memperoleh binaan agar beperani secara lebih optimal. Kader jumantik mengaku belum pernah memperoleh pelatihan khusus sebagai jumantik, namun sebagai kader posyandu beliau mengaku memperoleh binaan pukesmas secara rutin. Pihak puskesmas juga menyatakan bahwa selama ini kader
jumantik dawis belum pernah mendapatkan pelatihan.
daerah endemis dan KLB DBD, maka peran kader dan puskesmas dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pencegahan DBD di wilayah tersebut sangat diperlukan. Apalagi Depkes RI telah menetapkan peran kader kesehatan dalam PSN-DBD untuk pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD.
Tujuan : Mengidentifikasi Peranan Kader kesehatan dalam pencegahan DBD di Kelurahan Srondol Kulon Kecamatan Banyumanik Kota Semarang.
Metode : Jenis penelitian ini Kualitatif. Lokasi penelitian ialah wilayah RT 3 RW VIII Kelurahan Srondol Kulon Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Sumber data penelitian ini diperoleh melalui DKT dengan ibu-ibu warga (15 – 60 tahun) yang bertempat tinggal RT 3 RW VIII di Kelurahan Srondol Kulon Kecamatan Banyumanik yang terpilih dan bersedia untuk diteliti serta ada di rumah pada saat penelitian dilakukan. Selanjutnya dilakukan pula wawancara mendalam dengan kader jumantik yang menangani pencegahan DBD di RT 3 RW VIII, pihak Puskesmas setempat, pihak kelurahan dan tokoh masyarakat, observasi sekilas di wilayah tersebut serta literatur, dan sumber-sumber lain yang mendukung penelitian.
Hasil : Peranan kader jumantik dalam pencegahan DBD di RT 3 sudah cukup baik, terutama pada saat diberlakukannya PSN Pendampingan. Namun ternyata tujuan program belum tercapai, karena setelah program berakhir warga belum mampu melakukan PSN secara mandiri dan teratur. Sebagian besar warga dalam DKT menyatakan bahwa untuk sementara mereka ingin istirahat dahulu karena ‘capek’ dan rencananya PJB akan diganti menjadi sore hari. Hal tersebut pun diakui oleh kader jumantik. Warga memaklumi bahwa kader banyak merangkap tugas sehingga
kesibukannya cukup tinggi. Namun reinforcing dari kader jumantik kepada warga sangatlah diperlukan, terbukti warga masih berharap untuk “dioyak-oyak”, karena paling tidak akan membuat warga merasa “pekewuh” sehingga mau melaksanakan PSN. Reinforcing penting yang lain ialah dari ibu ketua RT setempat. Dari hasil penelitian terungkap pula bahwa pengetahuan kader jumantik seputar PSN belum sepenuhnya baik,
oleh karena itu kader jumantik masih perlu memperoleh binaan agar beperani secara lebih optimal. Kader jumantik mengaku belum pernah memperoleh pelatihan khusus sebagai jumantik, namun sebagai kader posyandu beliau mengaku memperoleh binaan pukesmas secara rutin. Pihak puskesmas juga menyatakan bahwa selama ini kader
jumantik dawis belum pernah mendapatkan pelatihan.
Full Text:
PDFArticle Metrics
Abstract view : 415 timesPDF - 111 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
UNIMUS | Universitas Muhammadiyah Semarang
Jl. Kedungmundu Raya No. 18 Semarang
email:[email protected] http://unimus.ac.id