TERAPI RELAKSASI TERHADAP NYERI DISMENORE PADA MAHASISWI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(1) 
(2) 
(3) 
(*) Corresponding Author
Abstract
Nyeri pada saat menstruasi atau haid sering dikeluhkan seorang wanita sebagai sensasi tidak nyaman,
bahkan karena timbulnya nyeri tersebut dapat mengganggu aktivitas dan memaksa penderita untuk
istrahat dan meninggalkan pekerjaan atau aktivitas rutinnya selama beberapa jam atau beberapa hari.
Puncak insiden dismenore primer terjadi pada akhir masa remaja (adolescence) dan di awal usia 20,
insiden dismenore pada remaja (adolescence) dilaporkan sekitar 92%. Rasa ketidaknyamanan jika tidak
diatasi akan mempengaruhi fungsi mental dan fisik individu sehingga mendesak untuk segera mengambil
tindakan/terapi secara farmakologis atau non farmakologis. Dalam lingkup keperawatan dikembangkan
terapi non farmakologis sebagai tindakan mandiri perawat. Penelitian ini untuk menjelaskan perbedaan
derajat nyeri dismenore sebelum dengan sesudah dilakukan terapi relaksasi pada mahasiswi keperawatan
Universitas Muhammadiyah Semarang. Penelitian ini menggunakan Quasi eksperimental dengan
rancangan Non Equivalent Control Group Design. Pengambilan subyek dilakukan berdasarkan
Proporsional Random Sampling dan yang memenuhi syarat inklusi yaitu sebanyak 50 orang . Usia
responden berkisar antara 17 – 28 tahun, sebelum dilakukan terapi relaksasi nafas dalam mengalami
nyeri sedang sebanyak 31 orang (62,0%) dan sesudah dilakukan teknik relaksasi sebagian besar kategori
nyeri ringan sebanyak 35 orang (70,0%). dengan uji Wilcoxon diketahui nilai significant difference p =
0,000, <a (0,05). Sehingga ada perbedaan yang bermakna antara nyeri dismenore sebelum dan sesudah
dilakukan teknik relaksasi nafas dalam pada mahasiswi S-1 Keperawatan UNIMUS dan ada pengaruh
teknik relaksasi nafas dalam relaksasi dengan nyeri dismenore.
Kata Kunci : Tehnik relaksasi nafas dalam, dismenore
bahkan karena timbulnya nyeri tersebut dapat mengganggu aktivitas dan memaksa penderita untuk
istrahat dan meninggalkan pekerjaan atau aktivitas rutinnya selama beberapa jam atau beberapa hari.
Puncak insiden dismenore primer terjadi pada akhir masa remaja (adolescence) dan di awal usia 20,
insiden dismenore pada remaja (adolescence) dilaporkan sekitar 92%. Rasa ketidaknyamanan jika tidak
diatasi akan mempengaruhi fungsi mental dan fisik individu sehingga mendesak untuk segera mengambil
tindakan/terapi secara farmakologis atau non farmakologis. Dalam lingkup keperawatan dikembangkan
terapi non farmakologis sebagai tindakan mandiri perawat. Penelitian ini untuk menjelaskan perbedaan
derajat nyeri dismenore sebelum dengan sesudah dilakukan terapi relaksasi pada mahasiswi keperawatan
Universitas Muhammadiyah Semarang. Penelitian ini menggunakan Quasi eksperimental dengan
rancangan Non Equivalent Control Group Design. Pengambilan subyek dilakukan berdasarkan
Proporsional Random Sampling dan yang memenuhi syarat inklusi yaitu sebanyak 50 orang . Usia
responden berkisar antara 17 – 28 tahun, sebelum dilakukan terapi relaksasi nafas dalam mengalami
nyeri sedang sebanyak 31 orang (62,0%) dan sesudah dilakukan teknik relaksasi sebagian besar kategori
nyeri ringan sebanyak 35 orang (70,0%). dengan uji Wilcoxon diketahui nilai significant difference p =
0,000, <a (0,05). Sehingga ada perbedaan yang bermakna antara nyeri dismenore sebelum dan sesudah
dilakukan teknik relaksasi nafas dalam pada mahasiswi S-1 Keperawatan UNIMUS dan ada pengaruh
teknik relaksasi nafas dalam relaksasi dengan nyeri dismenore.
Kata Kunci : Tehnik relaksasi nafas dalam, dismenore
Full Text:
PDFArticle Metrics
Abstract view : 1562 timesPDF - 447 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
UNIMUS | Universitas Muhammadiyah Semarang
Jl. Kedungmundu Raya No. 18 Semarang
email:[email protected] http://unimus.ac.id