PERAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK DAN SIKAP KERJA TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KELELAHAN SISWA SD NEGERI SOMPOK IV SEMARANG
(1) 
(2) 
(*) Corresponding Author
Abstract
Latar belakang: Tingkat keberhasilan siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah tingkat kelelahan. Seseorang yang mengalami kelelahan akan menurun kemampuannya untuk berkonsentrasi sehingga kemampuan menangkap pelajaran juga akan menurun. Faktor yang menyebabkan kelelahan yaitu beban kerja,
beban tambahan akibat lingkungan, intensitas dan lama kerja fisik dan mental, keadaan monoton, keadaan psikologis, status gizi, penyakit dan sikap kerja. Metode: Jenis penelitian adalah eksperiment semu dengan rancangan one group pre and post test design. Jumlah sampel 153 siswa (kelas 4-6 program reguler dan akselerasi). Intensitas cahaya diukur dengan luxmeter, intensitas suara dengan soundlevelmeter, suhu/tekanan panas dan kelembaban dengan Questemp 10, ventilasi dengan meteran, beban kerja dengan menghitung denyut nadi, antropometri dengan meteran, kecepatan waktu reaksi diukur sebelum dan sesudah belajar dengan alat Rection Timer 77. Hasil: intensitas kerja/
lama waktu belajar ada 2 macam yaitu 5 jam 15 menit dan 2 jam 55 menit. 51 siswa (33,3%) tidak merasakan keluhan kelelahan, terbesar kedua adalah keluhan pegal di tangan yaitu 42 siswa (27,5%). Intensitas cahaya minimum adalah 90,56 lux, maksimum 712,5 lux, ada 4 lokai yang di bawah standar. Untuk waktu kerja 5,5 jam intensitas suara
minimum 79,843 dBA, maksimum 93,768 dBA, ada 4 lokasi yang melebihi NAB. Tekanan panas minimum 32°C , maksimum 39°C, semua lokasi melebihi NAB. Untuk waktu kerja 3 jam intensitas suara minimum 78,64 dBA, maksimum 93,33 dBA, ada 1 lokasi yang melebihi NAB, tekanan panas minimum 31°C , maksimum 38°C, ada 3 lokasi
yang melebihi NAB. Kelembaban minimal 38%, maksimal 57%, ada 1 lokasi yang sesuai persyaratan. Semua lokasi belum memenuhi syarat luas ventilasi. Beban kerja sebelum belajar terbesar katagori ringan 122 siswa (79,7%), sesudah belajar terbesar katagori sedang (111 anak=72,6%). Sikap kerja/ukuran antropometri 126 siswa (82,4%) tidak
sesuai dengan ukuran alat kerja (meja dan kursi belajar). Sebelum belajar 98 siswa (64,1%) sudah mengalami tingkat kelelahan ringan, sesudah bekerja 129 siswa (84,3%) termasuk katagori ringan. Hasil uji t, nilai p= 0,000, berarti ada perbedaan secara signifikan antara tingkat kelelahan sebelum belajar dan sesudah belajar. Uji Rank
Spearman terhadap perubahan tingkat kelelahan didapatkan nilai p=0,234 (intensitas pencahayaan), p=0,534 (intensitas suara), p=0,714 (suhu), p=0,058 (kelembaban), p=0,134 (sikap kerja). Simpulan: ada perbedaan tingkat kelelahan antara sebelum dan sesudah bekerja, tidak ada hubungan yang signifikan antara intensitas pencahayaan, intensitas suara, suhu, kelembaban, dan sikap kerja dengan perubahan tingkat kelelahan siswa.
beban tambahan akibat lingkungan, intensitas dan lama kerja fisik dan mental, keadaan monoton, keadaan psikologis, status gizi, penyakit dan sikap kerja. Metode: Jenis penelitian adalah eksperiment semu dengan rancangan one group pre and post test design. Jumlah sampel 153 siswa (kelas 4-6 program reguler dan akselerasi). Intensitas cahaya diukur dengan luxmeter, intensitas suara dengan soundlevelmeter, suhu/tekanan panas dan kelembaban dengan Questemp 10, ventilasi dengan meteran, beban kerja dengan menghitung denyut nadi, antropometri dengan meteran, kecepatan waktu reaksi diukur sebelum dan sesudah belajar dengan alat Rection Timer 77. Hasil: intensitas kerja/
lama waktu belajar ada 2 macam yaitu 5 jam 15 menit dan 2 jam 55 menit. 51 siswa (33,3%) tidak merasakan keluhan kelelahan, terbesar kedua adalah keluhan pegal di tangan yaitu 42 siswa (27,5%). Intensitas cahaya minimum adalah 90,56 lux, maksimum 712,5 lux, ada 4 lokai yang di bawah standar. Untuk waktu kerja 5,5 jam intensitas suara
minimum 79,843 dBA, maksimum 93,768 dBA, ada 4 lokasi yang melebihi NAB. Tekanan panas minimum 32°C , maksimum 39°C, semua lokasi melebihi NAB. Untuk waktu kerja 3 jam intensitas suara minimum 78,64 dBA, maksimum 93,33 dBA, ada 1 lokasi yang melebihi NAB, tekanan panas minimum 31°C , maksimum 38°C, ada 3 lokasi
yang melebihi NAB. Kelembaban minimal 38%, maksimal 57%, ada 1 lokasi yang sesuai persyaratan. Semua lokasi belum memenuhi syarat luas ventilasi. Beban kerja sebelum belajar terbesar katagori ringan 122 siswa (79,7%), sesudah belajar terbesar katagori sedang (111 anak=72,6%). Sikap kerja/ukuran antropometri 126 siswa (82,4%) tidak
sesuai dengan ukuran alat kerja (meja dan kursi belajar). Sebelum belajar 98 siswa (64,1%) sudah mengalami tingkat kelelahan ringan, sesudah bekerja 129 siswa (84,3%) termasuk katagori ringan. Hasil uji t, nilai p= 0,000, berarti ada perbedaan secara signifikan antara tingkat kelelahan sebelum belajar dan sesudah belajar. Uji Rank
Spearman terhadap perubahan tingkat kelelahan didapatkan nilai p=0,234 (intensitas pencahayaan), p=0,534 (intensitas suara), p=0,714 (suhu), p=0,058 (kelembaban), p=0,134 (sikap kerja). Simpulan: ada perbedaan tingkat kelelahan antara sebelum dan sesudah bekerja, tidak ada hubungan yang signifikan antara intensitas pencahayaan, intensitas suara, suhu, kelembaban, dan sikap kerja dengan perubahan tingkat kelelahan siswa.
Full Text:
PDFArticle Metrics
Abstract view : 317 timesPDF - 126 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
UNIMUS | Universitas Muhammadiyah Semarang
Jl. Kedungmundu Raya No. 18 Semarang
email:[email protected] http://unimus.ac.id